Selamat Beraktifitas,, Tetap Semangat,, Raih Semua Impian,, dan Jangan Pernah Lupakan Tuhanmu

Pages

.

News Pages



Popular Posts

.

Profil


Goblok Enjoy Aza Eui...??!!

Kamis, 25 Februari 2010


Judul buku : Guru Goblok Ketemu Murid Goblok
Penulis : Iman Supriyono
Penerbit : SNF Consulting, Surabaya

Sangat banyak di negeri ini orang yang sesungguhnya pantas disebut sebagai orang goblok, tetapi tidak pernah mau untuk mengakui kegoblokannya. Apalagi sampai dengan menyadari bahwa dirinya benar-benar goblok. Mengapa demikian? Memang sangat memerahkan telinga --dan pasti ingin melakukan tindakan-tindakan yang benar-benar ''goblok''-- apabila ada yang menyematkan identitas pada diri dengan panggilan ''orang goblok''.

Meskipun demikian, di balik sangat banyaknya orang goblok yang emoh disebut sebagai orang goblok, masih ada sebagian kecil orang yang sudi untuk mengakui dan menyadari bahwa dirinya memang goblok. Bahkan mereka tampak enjoy untuk menyebut dan disebut sebagai orang goblok. Mengapa pula demikian? Karena dengan memproklamasikan diri sebagai ''orang goblok'', mereka mampu melapangkan jalan kesempatan yang luas dan panjang untuk selalu belajar dan belajar.

Salah satu manusia langka yang tidak malu untuk mendeklarasikan diri sebagai ''orang goblok'' adalah Iman Supriyono (dan gurunya, Abdul Rachim). Dengan kesadarannya yang sangat dalam sebagai orang goblok, akhirnya buku Guru Goblok Ketemu Murid Goblok ini pun lahir. Hebatnya lagi, buku Iman Supriyono yang (merasa) goblok ini merupakan karya buku ke-7. Hebat kan, orang goblok bisa menulis buku, sampai tujuh lagi. Padahal yang selama ini mengaku ''pinter'' saja banyak yang tidak mampu menggoreskan satu pun kalimat bermakna, dan selalu marah kalau dipanggil ''goblok''.

Tapi Iman Supriyono dan gurunya bukanlah orang ''goblok'' yang sembarang goblok. Mereka adalah jenis manusia ''goblok'' khusus. Menurutnya, kegoblokan manusia itu dapat dipilah menjadi tiga tingkatan. Yakni, orang goblok yang masih menyadari bahwa dirinya goblok. Goblok tingkat pertama ini bahkan menurut Iman Supriyono merupakan goblok yang disarankan. Seseorang boleh saja (dan bahkan harus) merasa goblok. Syaratnya, masih menyadari bahwa dirinya goblok dan kemudian mau belajar terus. Bahkan setiap saat kita harus merasa goblok. Maksudnya? Setiap saat merasa ada sesuatu yang kita ingin bisa tetapi belum bisa. Tindak lanjutnya dengan belajar hingga bisa. Begitu bisa, segera temukan apa lagi yang belum bisa. Temukan satu kegoblokan lagi. Demikian seterusnya. Selalu goblok (hlm. 83). Inilah yang disebut sebagai ''goblok dinamis" atau goblok yang beruntung.

Sedangkan tingkatan kedua, orang goblok yang tidak menyadari bahwa dirinya goblok. Orang goblok jenis ini tidak akan pernah berkembang (stagnan). Inilah yang juga bisa disebut dengan ''goblok statis'', karena membiarkan diri untuk tetap goblok dalam satu hal selamanya.

Dan, tingkatan ketiga, orang goblok yang tidak merasa dirinya goblok dan bahkan suka menggoblok-goblokkan orang lain. Inilah jenis manusia yang terjangkiti penyakit goblok total, goblok sempurna, goblok absolut. Orang goblok absolut ini bila dinasehati tentang kegoblokannya, serta merta ia menolak. Bahkan merasa dirinya lebih pintar dari orang yang menasehatinya. Inilah jenis manusia yang merasa pintar padahal goblok. Karena itu, Iman Supriyono mewanti-wanti agar kita tidak termasuk golongan orang yang goblok jenis ini. Bahaya !!! (hlm. 84).

Tetapi, untuk menjadi ''goblok dinamis'' pun membutuhkan kecerdasan yang berlipat. Untuk belajar menumbuhkan kesadaran sebagai orang goblok, dibutuhkan seorang guru yang bisa mendidik untuk bisa merasa goblok. Nah, guru jenis ini pun ternyata juga sangat langka. Sebab yang banyak ialah guru yang menuntut muridnya pintar dan cenderung menyisihkan murid yang bergaya goblok. Sang guru kerapkali juga tidak mau dikalahkan oleh muridnya, sehingga dia sendiri pun kemudian menjadi sok pintar dan keminter.

Karena itulah, Iman Supriyono pantas merasa bersyukur karena bisa bertemu dan mendapatkan guru yang sudi mendidiknya untuk bisa merasa goblok. Lebih dari itu, Pak Rohim --yang diklaimnya sebagai guru (dalam buku ini)-- rela untuk menggoblokkan dirinya yang tidak pernah bosan untuk mendidik dan bahkan memberi kepercayaan terhadap murid-muridnya yang goblok.

Dengan tempaan guru gobloknya, akhirnya Iman Supriyono yang saat ini merupakan konsultan senior di SNF Consulting tidak pernah berhenti untuk terus merasa goblok. Salah satu bukti kesadaran akan kegoblokan dirinya ialah tentang mimpinya untuk bisa membuat kantor konsultan yang bisa dipercaya perusahaan-perusahaan kelas dunia. Akan tetapi hingga saat ini belum tercapai. Belum bisa. Goblok. Dan, karena itu, ia tidak akan pernah berhenti untuk mengentaskan diri dari ambisi goblok tersebut hingga mimpinya jadi kenyataan.

Memperhatikan semangat Iman Supriyono yang meledak-ledak untuk membakar jiwa entrepreneur dan investor ini, maka kehadiran buku perlu menjadi pegangan wajib bagi mereka yang ingin melepaskan diri dari kegoblokan statis dan bahkan kegoblokan absolut. Bahkan tidak hanya bagi mereka yang sedang ingin mengembangkan usaha bisnis jasa saja, tetapi juga para pendidik (guru dan dosen) yang selalu merasa sok lebih pandai dari murid atau mahasiswanya. Teladan Pak Rohim --yang selalu merasa sebagai guru goblok-- perlu diwarisi para pemegang kunci gerbang dunia akademis.

Ada banyak kelebihan dari buku ini. Bahasa yang digunakan sangat mengalir dan enak untuk dibaca --saya seperti sedang membaca sebuah novel. Selain itu, sentilan-sentilan pedas tidak justru membuat kita marah dan menutup buku. Tapi sebaliknya, justru kian bernafsu untuk menuntaskannya. Tidak ada kata lain untuk memuaskan rasa penasaran di balik judul buku yang terkesan ''melecehkan'' itu, kecuali membaca isinya. Karena hanya orang-orang goblok absolut saja yang pasti enggan untuk menikmati buku ini. (*)
Read Post | komentar

Berani GAGAL ?!!

Selasa, 23 Februari 2010



Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total.
– John F Kennedy

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.
Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat – hanya 2 orang – sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.
Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.
Read Post | komentar

Tanpa Modal Memulai Bisnis Kreatif

Senin, 22 Februari 2010

Bisnis kreatif adalah segala jenis bisnis yang menggunakan ide alias kreativitas sebagai komoditas utamanya. Jadi bukan bisnis yang based on product atau based on service semata. Para pelakunya sering disebut creativepreneur, yang berasal dari creative + entrepreneur. Terjemahan bebasnya: entrepreneur yang berbisnis di wilayah kreatif. Atau wirausaha/wiraswasta/pengusaha ide.

Misalnya: periklanan, desain, arsitektur, pasarseni dan barang antik, kerajinan, fesyen, film, vedo, fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan perangkat lunak, televise dan radio serta riset dan pengembangan (Sumber: Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Departemen Perdagangan RI)

Ok, kita langsung terjun ke praksis.

Apa yang dijual Microsoft? Apa yang dijual Apple? Apa yang dijual Ideo? Apa yang dijual Beatles? Apa yang dijual Slank? Apa yang dijual Garin Nugroho? Apa yang dijual Laskar Pelangi? Apa yang dijual Petakumpet?Ide. Ide?

Ya! Microsoft menjual software yang menggerakkan lebih dari 80% hardware komputer – dalam berbagai bentuknya – di muka bumi dengan ide jeniusnya. Apple menggabungkan kekuatan walkman, komputer portable dan download lagu via internet menjadi Ipod, lalu merevolusi telepon seluler dengan Iphone. Ideo menjual ide kreatif sebagai solusi atas permasalahan perusahaan-perusahaan yang menjadi kliennya, dari alat pacu jantung, mouse komputer, kereta dorong sampai mainan anak-anak. Beatles menjual gayanya yang khas dan lagu-lagunya yang easy listening ke seluruh dunia. Slank-pun jualannya sama, grup band ini begitu unik, tidak mengikuti aturan konvensional, dengan lagu-lagu bernafas pemberontakan atas status quo khas anak muda. Dan Garin menjadi seniman film dengan cerita yang kuat, menyentuh dan penggarapan artistik yang luar biasa.



gambar di: bokunosekai.wordpress.com/2008/09/

Lihatlah juga fenomena buku dan film Laskar Pelangi yang dibanjiri lebih dari 4.000.000 penonton? Jika rata-rata satu penonton membayar karcis Rp 15.000,- (untuk Empire 21), pemasukan kotornya dari penonton saja akan senilai Rp 60.000.000.000,- (enam puluh milyar rupiah). Belum dari penjualan VCD, DVD atau tayang ulang di televisi. Belum jika diekspor ke mancanegara.

Fenomena kesuksesan mereka itu bahan bakunya gratis. Modalnya minim bahkan hampir nol. Harga jualnya bisa tak terbatas.

Tidakkah itu luar biasa?

Outing Petakumpet di Pangandaran, 15-17 Januari 2010
Lalu apa yang dijual Petakumpet?
Ya, sama. Ide (tapi yang) segar. Hanya itu. Misalnya, ide kreatiflah yang membuat sekeping dvd seharga Rp 4500,- laku dijual Rp 188.000.000,- Atau beberapa lembar kertas berisi story board yang menghasilkan billing Rp 1.700.000.000,- Ajaib kan?
Tapi sebelum jadi lebih penasaran, saya akan mulai dulu dengan satu hal penting yang mendasari aspek selanjutnya dari bisnis kreatif.Sudut pandang manusia atas suatu hal – menurut David J. Schwartz dalam bukunya The Magic of Thinking Big – dibagi 2 hal: pandangan riil dan pandangan potensial.

Pandangan riil adalah pandangan yang kita lihat lewat kedua mata kita. Jika di depan kita ada sebuah tanah seluas 1 hektar, maka tanah itulah yang terlihat. Semua orang akan melihatnya sama: karena semua orang menggunakan - hanya - matanya.Tapi ada baiknya jika kita tidak menggantungkan sepenuhnya penilaian atas pandangan mata yang bersifat fisik ini. Karena pandangan visual ini bukan satu-satunya. Lagipula kemampuannya pun – karena sifatnya yang physical – menjadi terbatas. Mata hanya mampu melihat realitas: menyerap kenyataan seperti adanya.

Pandangan potensial adalah imajinasi kita atas suatu kenyataan. Dan inilah pembeda terbesar dari seseorang yang sukses luar biasa dan yang suksesnya biasa-biasa saja. Pandangan potensial melompati ruang dan waktu. Pandangan ini membuat seseorang memiliki visi tentang masa depannya. Seorang visioner mampu melihat 5, 10 tahun atau bahkan lebih jauh lagi, membayangkan kondisi ideal sampai detailnya dan membuat rencana-rencana sistematis untuk mewujudkannya.

Seseorang bisa melihat lahan satu hektar sebagai tempat ideal untuk membangun perumahan mewah atau real estate. Yang lain melihatnya sebagai hamparan padi di sawah yang menghijau. Yang lain melihatnya sebagai laboratorium yang untuk eksperimen obat-obatan tingkat dunia. Yang lain melihatnya sebagai masjid yang dikunjungi berduyun-duyun jamaah setiap waktu sholat tiba. Seribu satu kemungkinan bisa terwujud hanya dari satu kenyataan yang sama.

Karunia Tuhan yang ajaib bernama imajinasi yang dihasilkan otak itulah yang menjadi modal dasar kesuksesan kita: kemampuannya tak terhingga untuk mewujudkan impian kita yang luar biasa.

Memulai Bisnis Kreatif

Ok, ini bukan jawaban seorang akademisi. Ini adalah sudut pandang seseorang yang belajar bisnis di jalanan.

Saya akan cerita sedikit tentang Petakumpet: perusahaan yang katanya suka jualan ide segar. Sebagai salah satu finalis Dji Sam Soe Award 2006, dengan 350 lebih klien dan 89 national creative award winning di gudangnya, Petakumpet (http://www.petakumpetworld.com/) dimulai dari sekumpulan mahasiswa Diskomvis FSR ISI Yogyakarta 1994 yang kepepet, rejeki seret dengan pengetahuan manajemen nol besar. Tak ada modal uang, hanya seperangkat komputer 486 DX, printer, scanner, kuas, airbrush, compressor, yang semuanya dikumpulkan dari menyisihkan keuntungan bikin spanduk, sablon sampai ilustrasi manual. Oya, ditambah dengkul baja serta kepala batu.

Segalanya bermula dari mimpi sederhana tapi sering dianggap gila: dimuat di cover majalah Fortune (http://www.fortune.com/) sebagai The Most Admired Company in The World. Berlebihan dan norak? Biar saja, kita toh tak berhutang apapun pada orang yang tak percaya mimpi kita, seliar apapun. Mimpi itu saudara kandungnya ide: dua-duanya gratis. Jadi mengapa kita tak mimpi yang tinggi sekalian mumpung gratis? Betul?

Membangun bisnis ide tak tergantung dari seberapa besar modal fisik yang kita miliki (modal uang, teknologi, tempat, dsb.) tapi pada keyakinan, komitmen dan kreativitas kita untuk melakukan hal-hal yang diperlukan agar sukses. Bisnis ide yang adalah bisnis yang sangat murah, meskipun bukan bisnis yang paling mudah.Tapi tak perlu kuatir! Tak ada hal yang begitu sulit sehingga tak bisa dilakukan. Kata iklan sebuah brand sepatu: Impossible is nothing! Sebagai calon atau sudah jadi creativepreneur, jadikan ini sebagai keyakinan.

Kita bisa langsung bikin usaha dan melakukan perbaikan praktek bisnis sambil jalan. Learning by doing. Yang diperlukan di awal hanya keberanian. Jangan menunggu segala sesuatunya sempurna. Ambil resiko dengan penuh keberanian. Keberanian itu gratis, kita tak perlu membayar untuk memilikinya.

Nah tunggu apalagi? Mulailah sekarang.
Read Post | komentar

Menjadi Diri Sendiri





Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.

Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”

Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.

Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaat. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.


Pembaca yang budiman,
Hidup kita tentu akan menderita jika merasa diri sendiri selalu lebih rendah dan kecil. Maka, tidak akan tenang hidup jika kita selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih hebat. Apalagi, jika kita kemudian secara membuta mencoba menjadi orang lain.
Meniru orang memang sah dan boleh saja. Namun, belajarlah dari orang lain dari sisi yang baik saja, tentu dengan tanpa mengecilkan dan meremehkan diri sendiri.
Karena itu, apapun keadaan diri, kita harus senantiasa belajar bersyukur dan tetap bangga menjadi diri sendiri. Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri. Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh.

Jadilah diri sendiri! Be your self!
Salam sukses luar biasa!!!
Read Post | komentar
 
© Copyright JAWA TIMURAN 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all